Acara Wedhang Cor di JTV Jember dalam Prespektif Habermas (Studi Eksploratif Tentang Acara Wedhang Cor di JTV Jember dalam Konsep Ruang Publik Habermas)
Abstract
Penelitian ini membahas konsep ruang publik yang ada pada acara Wedhang Cor di televisi lokal yakni JTV Jember. Munculnya televisi lokal merupakan pilihan baru bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, pendidikan, dan sebagainya. Televisi lokal ini pun secara tidak langsung mampu menjadi tempat masyarakat untuk forum debat mengenai isu–isu yang muncul secara lokal di daerah tersebut. Televisi lokal juga mampu memberikan angin segar bagi penonton yang telah terpapar tayangan bersifat ‘jakarta minded information’ (Sudibyo, 2004:101). Sehingga penonton televisi lokal tersebut mampu menikmati tayangan yang bersifat lokalitas dan mengikuti perkembangan serta dinamika politik, sosial dan ekonomi yang ada di daerahnya. Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif dengan menggunakan teknik critical discourse analysis yang diungkapkan oleh Fairclough yang terdiri dari teks, praktik wacana dan praktik sosiokultural. Hasil temuan data pada penelitian ini menunjukkan bahwa Ruang publik yang terbentuk pada acara Wedhang Cor masih bersifat utopia. Hal ini digambarkan dengan masih adanya pengaruh dari luar atau kelompok – kelompok tertentu dalam penentuan topik atau materi yang akan dibahas dalam acara Wedhang Cor sehingga menimbulkan adanya acara ‘titipan’. Munculnya acara ‘titipan’ pada tayangan Wedhang Cor ini dapat digambarkan bahwa media sebagai penyedia informasi pun tidak akan bisa luput dari pengaruh luar. Hal ini menyiratkan bahwa secara tidak langsung media dijadikan sebuah tempat atau lahan untuk alat politik bagi yang berkepentingan. Wedhang Cor mampu untuk memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi memberikan pertanyaan, argumen, ide dan gagasan pada topik atau permasalahan yang sedang di bahas. Masyarakat mendapatkan porsi yang sama dalam menuangkan argumen mereka. Keberagaman karateristik dari masing – masing penonton yang ikut serta dalam proses diskusi ini mampu mewakili keseimbangan ruang publik Habermas.References
Eriyanto.2001. Analisis Wacana. Yogyakarta. Indonesia
Fairclough, Norman.2003. Language and ower : Relasi Bahasa dan Kekuasaan dan Ideologi. Malang : Boyan Publishing.
Habermas, Jurgen.2010. Ruang Publik : Sebuah Kajian tentang Kategori Masyarakat Borjuis. Bantul:Kreasi Wacana
Khotimah, Siti Khusnul. 2013. Berdemokrasi di Ruang Publik : langsung, Umum, Bebas dan Tanpa Rahasia dalam Media Sosial Twitter @triomacan 2000. Malang.
Kurniawan, Robi Cahyadi. Ruang Publik Pasca Era Reformasi. Lampung:[t.th]
Lyotard, Jean François. The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. (Tans) Geoff Bennington and Brian Massumi. Minneapolis, University of Minnesota
Maruaba, Putera I.B. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik “Memahami Teori Konstruksi Sosial”
Mulyana, Deddy.2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Santoso, Yudi.2007. Ruang Publik: Sebuah Kajian Tetang Kategori Masyarakat Borjuis. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Simarmata, Salvatore. 2014. Media Baru, Ruang Publik Baru dan Transformai Komunikasi Politik di Indonesia. Jakarta
Sunarto.2000. Analisis Wacana– Ideologi Gender Media Anak– Anak. Pondok Tlogo Sari Indah. Indonesia
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LkiS
Wicandra, Obed Bima. 2013. Merebut Kuasa atas Ruang Publik: Pertarungan Ruang Komunitas Mural di Surabaya. Surabaya.
UU penyiaran No. 32 Tahun 2002
www.jtvjember.com (diakses tanggal 28 Oktober 2017)
www.duniaesai.com (diakses tanggal 3 November 2017)